Mengapa harus bermanhaj salaf

Inilah manhaj kami, Manhaj Salaf.
Jika seseorang bertanya, "apakah Manhaj Salaf
ini aliran baru?"
.

Maka kami akan menjawab
justru ini aliran kuno.
Kami ingin mengkunokan
agama kami seperti halnya agama para sahabat Nabi, para tabi'in dan tabi'ut, karena Allah
menjamin siapa saja yang mengikuti mereka
dengan surga (At Taubah 100), juga Rasulullah ﷺ sudah menyatakan kaum terbaik dari umat ini adalah hanya tiga
generasi yaitu disaat beliau hidup (zaman para
sahabat nabi), setelahnya (zaman tabi'in ), dan
setelahnya (zaman tabi'ut tabi'in).
.

Jika seseorang bertanya, "sejak kapan aliran
berdiri?"
Maka kami akan menjawab ketika pertama kali Nabi Muhammad ﷺ diangkat menjadi Rasul, maka sejak
itulah Manhaj Salaf berdiri.
.

Jika seseorang bertanya, "Siapa ulama
pendirinya?"
Maka kami jawab ulama pendirinya adalah Nabi Muhammad ﷺ.
.

Jika seseorang bertanya, "Dimana didirikannya
Manhaj Salaf ini pertama kali?" Maka kami jawab di Gua Hira ketika pertama kali wahyu
turun kepada Nabi Muhammad ﷺ.
Orang-orang yang mengikuti manhaj salaf
(Salafiyyun) biasa disebut dengan Ahlus Sunnah
wal Jama'ah dikarenakan berpegang teguh dengan Al Qur`an dan As Sunnah dan bersatu diatasnya.
.

Disebut pula dengan Ahlul Hadits wal Atsar dikarenakan berpegang teguh dengan hadits dan atsar disaat orang-orang banyak mengedepankan akal.
.

Disebut juga Al-Firqatun Najiyah, yaitu golongan yang Allah selamatkan dari an-naar (neraka)
(sebagaimana yang akan disebutkan dalam
hadits Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash)
.

Disebut juga Ath-Thaifah Al-Manshurah, kelompok yang senantiasa ditolong dan
dimenangkan oleh Allah (sebagaimana yang akan
disebutkan dalam hadits Tsauban).
(Untuk lebih rincinya lihat kitab Ahlul Hadits
Humuth Thaifatul Manshurah An-Najiyah, karya
Asy-Syaikh Dr. Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali).
.

Manhaj salaf dan Salafiyyun tidaklah dibatasi
(terkungkung) oleh organisasi tertentu, daerah
tertentu, pemimpin tertentu, partai tertentu, dan
sebagainya.

Bahkan manhaj salaf mengajarkan kepada kita bahwa ikatan persaudaraan itu dibangun di atas
Al-Qur‘an dan Sunnah Rasulullah dengan pemahaman Salafush Shalih.
Siapa pun yang berpegang teguh dengannya maka ia saudara kita, walaupun berada dibelahan bumi yang lain.
Suatu ikatan suci yang dihubungkan oleh ikatan
manhaj salaf, manhaj yang ditempuh oleh Rasulullah dan para shahabatnya.
Manhaj salaf merupakan manhaj yang harus diikuti dan dipegang erat-erat oleh setiap muslim
di dalam memahami agamanya.
Mengapa?
Karena demikianlah yang dijelaskan oleh Allah di
dalam Al-Qur‘an dan demikian pula yang dijelaskan oleh Rasulullah di dalam Sunnahnya.
Sedangkan Allah telah berwasiat kepada kita:
“Kemudian jika kalian berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada
Allah (Al Qur`an) dan Rasul (Sunnahnya), jika kalian benar-benar beriman kepada Allah dan
Hari Kemudian.
Yang demikian itu lebih utama (bagi kalian) dan lebih baik akibatnya.”
(An-Nisa`: 59).
.

AGAR TIDAK SERUMAH DENGAN SYAITAN...

Semua orang ingin memiliki rumah yang tentram dan nyaman. Sayangnya, dalam usaha mewujudkan keinginan ini, kebanyakan orang baru sekedar melakukan hal-hal yang bersifat duniawi. Yakni dengan mendirikan bangunan yang megah dan melengkapinya dengan berbagai fasilitas penunjang. Selama tidak berlebihan, sebenarnya itu boleh saja. Namun yang memprihatinkan, mereka lupa bahwa inti kenyamanan dan ketentraman rumah sebenarnya justru bersumber dari ketenangan hati penghuninya. Yang itu akan dicapai manakala mereka rajin beribadah dan memanfaatkan tempat tinggalnya untuk hal-hal yang diridhai Allâh Azza wa Jalla.

Apa saja yang perlu kita lakukan di rumah kita, supaya tempat tinggal kita nyaman dan damai? Juga agar rumah kita tidak menjadi tempat favorit para syaitan? Diantara yang perlu kita perhatikan adalah:

 Pertama: Mengucapkan salam sebelum[1] masuk rumah

 عَنْ أَبِي أُمَامَةَ الْبَاهِلِيِّ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: “ثَلَاثَةٌ كُلُّهُمْ ضَامِنٌ عَلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ؛ “…وَرَجُلٌ دَخَلَ بَيْتَهُ بِسَلَامٍ…”.

Dari Abu Umamah al-Bahili Radhiyallahu anhu , dari Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tiga orang yang dijaga oleh Allâh Subhanahu wa Ta’ala ; (Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan yang ketiga adalah) … orang yang memasuki rumahnya dengan mengucapkan salam…”. [HR. Abu Dawud dan sanadnya dinilai sahih oleh al-Hâkim. Imam an-Nawawi rahimahullah menyatakan hadits ini hasan.[2]]

Salam ini tetap kita ucapkan, baik di dalam rumah ada orang maupun tidak.[3] Sebab Allâh Azza wa Jalla berfirman:

فَإِذَا دَخَلْتُمْ بُيُوتًا فَسَلِّمُوا عَلَىٰ أَنْفُسِكُمْ تَحِيَّةً مِنْ عِنْدِ اللَّهِ مُبَارَكَةً طَيِّبَةً

Apabila kalian memasuki rumah-rumah hendaklah kalian memberi salam kepada dirimu sendiri, dengan salam yang penuh berkah dan baik dari sisi Allâh. [An-Nûr/24:61]

Menurut Ibnu ‘Umar Radhiyallahu anhuma ,  jika di rumah tidak ada orang, maka redaksi salamnya adalah:

السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ

Salam sejahtera atas kami dan para hamba Allâh yang shalih[4]

Kedua: Mengucapkan basmalah saat masuk rumah.

Diantara yang perlu kita lakukan agar syaitan tidak menjadikan rumah kita menjadi tempat tinggalnya adalah mengucapkan basmalah saat memasuki rumah. Rasûlullâh n bersabda:

إِذَا دَخَلَ الرَّجُلُ بَيْتَهُ فَذَكَرَ اللَّهَ عِنْدَ دُخُولِهِ وَعِنْدَ طَعَامِهِ قَالَ الشَّيْطَانُ: لَا مَبِيتَ لَكُمْ وَلَا عَشَاءَ،

وَإِذَا دَخَلَ فَلَمْ يَذْكُرْ اللَّهَ عِنْدَ دُخُولِهِ قَالَ الشَّيْطَانُ: “أَدْرَكْتُمْ الْمَبِيتَ” وَإِذَا لَمْ يَذْكُرْ اللَّهَ عِنْدَ طَعَامِهِ قَالَ: أَدْرَكْتُمْ الْمَبِيتَ وَالْعَشَاءَ

Apabila seseorang memasuki rumahnya dan berdzikir kepada Allâh (dengan membaca basmalah) tatkala masuk dan makan, syaitan akan berkata (kepada kawan-kawannya-red), “Kalian tidak mendapatkan tempat menginap dan makan malam (di rumah ini).

Dan jika ia masuk namun tidak membaca basmalah, syaitan akan berkata (kepada kawan-kawannya-red), “Kalian mendapatkan tempat menginap”, dan jika ia tidak membaca basmalah sebelum makan niscaya syaitan akan berkata, “Kalian mendapatkan tempat menginap dan makan malam”. [HR. Muslim, XIII/190 no. 5230 dari Jabir bin Abdullah Radhiyallahu anhu]

Ketiga: Mengucapkan basmalah saat menutup pintu dan perkakas rumah

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا كَانَ جُنْحُ اللَّيْلِ أَوْ أَمْسَيْتُمْ فَكُفُّوا صِبْيَانَكُمْ فَإِنَّ الشَّيَاطِينَ تَنْتَشِرُ حِينَئِذٍ، فَإِذَا ذَهَبَ سَاعَةٌ مِنْ اللَّيْلِ فَحُلُّوهُمْ، فَأَغْلِقُوا الْأَبْوَابَ وَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ لَا يَفْتَحُ بَابًا مُغْلَقًا، وَأَوْكُوا قِرَبَكُمْ وَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ، وَخَمِّرُوا آنِيَتَكُمْ وَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ وَلَوْ أَنْ تَعْرُضُوا عَلَيْهَا شَيْئًا، وَأَطْفِئُوا مَصَابِيحَكُمْ

Jika hari mulai gelap tahanlah anak-anak kalian (agar tidak keluar rumah) karena saat itu syaitan berkeliaran. Jika telah lewat sebagian malam biarkanlah mereka. Tutuplah pintu-pintu dan ucapkanlah basmalah, karena sesungguhnya syaitan tidak akan bisa membuka pintu yang tertutup. Tutuplah teko kalian dan ucapkanlah basmalah. Tutupilah bejana kalian walaupun dengan meletakkan sesuatu di atasnya dan bacalah basmalah. Matikanlah lampu kalian. [HR. Al-Bukhâri, no. 3280  dan Muslim, XIII/185, no. 5218 dari Jabir bin Abdullah dengan redaksi Imam Muslim]

Diantara yang harus kita lakukan jika kita menginginkan rumah rumah kita damai dan tentram adalah memakmurkan rumah dengan ibadah dan membaca al-Qur’an. Ini yang keempat.

Syaitan tidak akan mendekati rumah yang dibacakan di dalamnya al-Qur’an. Kalaupun sudah berada di dalamnya maka ia akan lari terbirit-birit keluar darinya.

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan:

إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ كِتَابًا قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ بِأَلْفَيْ عَامٍ، أَنْزَلَ مِنْهُ آيَتَيْنِ خَتَمَ بِهِمَا سُورَةَ الْبَقَرَةِ، وَلَا يُقْرَأَانِ فِي دَارٍ ثَلَاثَ لَيَالٍ فَيَقْرَبُهَا شَيْطَانٌ

Sesungguhnya Allâh telah menulis kitab dua ribu tahun sebelum diciptakannya langit dan bumi. Dia turunkan darinya dua ayat yang dijadikan sebagai penutup surat al-Baqarah. Tidaklah dibaca di suatu rumah selama tiga malam melainkan syaitan tidak akan mendekatinya”. [HR. At-Tirmidzi dari an-Nu’man bin Basyîr Radhiyallahu anhu dan dinyatakan shahih oleh al-Hâkim rahimahullah dan Syaikh al-Albani rahimahullah]

Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:

لَا تَجْعَلُوا بُيُوتَكُمْ مَقَابِرَ! إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْفِرُ مِنْ الْبَيْتِ الَّذِي تُقْرَأُ فِيهِ سُورَةُ الْبَقَرَةِ

Janganlah kalian jadikan rumah kalian (seperti) kuburan. Sesungguhnya setan lari dari rumah yang di dalamnya dibacakan surat al-Baqarah. [HR. Muslim dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu]

Hadits ini memotivasi kita untuk memperbanyak ibadah di rumah, terutama shalat yang hukumnya sunnah dan membaca al-Qur’an; supaya rumah kita tidak mirip kuburan atau jasad yang mati.[5]

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam menerangkan:

اجْعَلُوا فِي بُيُوتِكُمْ مِنْ صَلَاتِكُمْ، وَلَا تَتَّخِذُوهَا قُبُورًا

Lakukanlah sebagian shalat kalian di rumah kalian. Jangan jadikan rumah kalian kuburan. [HR. Al-Bukhâri dari Ibn Umar Radhiyallahu anhuma]

Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:

خَيْرُ صَلاَةِ الْمَرْءِ فِي بَيْتِهِ إِلاَّ الْمَكْتُوْبَةَ

Sebaik-baik shalat seseorang adalah yang dilakukan di rumahnya kecuali shalat wajib. [HR. Ibnu Khuzaimah dari Zaid bin Tsâbit Radhiyallahu anhu]

Adapun rumah yang dipenuhi dengan suara dangdutan, gendingan atau yang semisal maka akan menjadi tempat favorit syaitan ; sebab suara tersebut adalah seruling mereka. Sebagaimana ditegaskan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa salla.

نَهَيْتُ عَنْ صَوْتَيْنِ أَحْمَقَيْنِ فَاجِرَيْنِ، صَوْتٍ عِنْدَ نَغْمَةِ لَهْوٍ وَلَعْبٍ وَمَزَامِيْرِ الشَّيْطَانِ، وَصَوْتٍ عِنْدَ مُصِيْبَةٍ لَطْمِ وُجُوْهٍ وَشَقِّ جُيُوْبٍ”.

Aku melarang dua suara dungu dan keji. (Pertama) Suara senandung sia-sia dan permainan serta seruling syaitan. (Kedua) Suara saat musibah berupa memukuli wajah dan merobek-robek baju”. [HR. Al-Hâkim dari Abdurrahman bin ‘Auf Radhiyallahu anhu dan dinyatakan hasan oleh at-Tirmidzi dan al-Albani)

FAIDAH PENTING:

Hadits larangan menjadikan rumah seperti kuburan menunjukkan bahwa kuburan bukanlah tempat yang dianjurkan untuk memperbanyak ibadah di dalamnya, kecuali yang ada dalilnya. Sebagaimana dijelaskan para Ulama, antara lain: Ibn Batthal (w. 449 H)[6], al-Baghawi (w. 510 H )[7], Ibn Rajab (w. 795 H)[8] dan Ibn Hajar al-‘Asqalani (w. 852 H)[9].

Inilah beberapa hal yang harus dilakukan oleh siapa saja yang menginginkan rumahnya aman, damai dan tentram.

Semoga Allâh Azza wa Jalla menjadikan rumah-rumah kaum Muslimin aman, damai dan tentram.

Comments